Tradisi Bakar Batu Jagung: Sumbangan Sukarela untuk Pembangunan Gereja Kuari Satu Jemaat Gidion Klasis Kuari Wilayah Toli
- Hari Selasa tgl 10 Januari 2025
Bakar batu jagung menjadi salah satu tradisi yang unik dan penuh makna di Papua, mencerminkan kekuatan kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur. Acara ini tidak hanya sebagai ajang berkumpul dan menikmati hasil bumi bersama, tetapi juga menjadi sarana penggalangan dana yang luar biasa melalui sumbangan sukarela. Salah satu momen bersejarah terjadi ketika tradisi ini berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 337.000.000 untuk pembangunan Gereja Kuari Satu Jemaat Gidion Klasis Kuari Wilayah Toli.
Makna Sumbangan Sukarela dalam Tradisi Bakar Batu Jagung
Dalam tradisi Papua, sumbangan sukarela bukanlah paksaan, melainkan wujud ketulusan hati dan tanggung jawab sosial. Setiap individu atau keluarga yang hadir memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan mereka, baik dalam bentuk bahan makanan, hasil pertanian, maupun uang tunai.
Pada acara bakar batu jagung ini, sumbangan tidak hanya berupa hasil kebun seperti jagung, singkong, dan ubi, tetapi juga mencakup hewan ternak seperti babi dan ayam, serta sumbangan uang yang jumlahnya fantastis, mencapai Rp 337.000.000. Angka ini menunjukkan betapa kuatnya solidaritas masyarakat dalam membangun komunitas yang sejahtera serta mendukung pembangunan Gereja Kuari Satu Jemaat Gidion Klasis Kuari Wilayah Toli.
Proses Pelaksanaan Bakar Batu Jagung
Persiapan Batu dan Kayu Bakar
Batu-batu besar dikumpulkan dan dipanaskan hingga membara dalam perapian.
Penggalian Lubang dan Penyusunan Makanan
Lubang besar digali di tanah sebagai tempat memasak. Jagung, singkong, ubi, dan daging disusun secara berlapis-lapis bersama batu panas.
Proses Memasak
Lubang ditutup dengan daun pisang dan tanah, lalu dibiarkan selama beberapa jam agar makanan matang merata dengan panas batu.
Makan Bersama
Setelah matang, makanan dibagikan secara adil kepada seluruh peserta tanpa membedakan status sosial.
Dampak Positif Sumbangan Sukarela
Sumbangan sebesar Rp 337.000.000 yang terkumpul dalam acara ini akan digunakan untuk pembangunan Gereja Kuari Satu Jemaat Gidion Klasis Kuari Wilayah Toli, yang akan menjadi pusat ibadah dan kegiatan sosial bagi masyarakat setempat. Selain itu, dana yang terkumpul juga dapat membantu:
Membeli Fasilitas/Bahan Pembangunan gereja.
Kesimpulan
Tradisi bakar batu jagung dan sumbangan sukarela membuktikan bahwa budaya gotong royong masih sangat kuat di masyarakat Papua. Keberhasilan mengumpulkan dana sebesar Rp 337.000.000 melalui acara sederhana ini menunjukkan bahwa ketika masyarakat bersatu, mereka mampu menciptakan perubahan yang besar bagi komunitas mereka.
Dengan semangat berbagi dan kebersamaan, tradisi bakar batu jagung bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat nilai-nilai sosial, ekonomi, dan spiritual dalam kehidupan masyarakat Papua. Semoga pembangunan Gereja Kuari Satu Jemaat Gidion Klasis Kuari Wilayah Toli berjalan lancar dan membawa berkat bagi semua pihak!
By Bina Ulaga
Posting Komentar